Opini: Jambi dan Pertumbuhan Ekonomi

Opini Musri Nauli
Opini Musri Nauli

Musri Nauli

Setelah sebelumnya membahas Jambi dan Kemiskinan maka pada kali ini membahas Jambi dan Pertumbuhan Ekonomi.

Bacaan Lainnya

Analisis pertumbuhan ekonomi Jambi dari Maret 2020 hingga proyeksi Maret 2025 menunjukkan dinamika yang menarik, terutama dengan pengaruh pandemi COVID-19 dan upaya pemulihan ekonomi. Perlu dicatat bahwa data pertumbuhan ekonomi umumnya dirilis secara triwulanan (YoY atau QoQ) atau tahunan (CtC), bukan spesifik bulanan. Namun, kita bisa melihat tren umum berdasarkan data triwulan pertama (Maret) di setiap tahunnya.

Maret 2020: Kontraksi Akibat Pandemi. Pada Triwulan I 2020, perekonomian Provinsi Jambi mengalami kontraksi sebesar 0,79% (YoY). Kontraksi ini merupakan dampak awal dari pandemi COVID-19 yang mulai melanda secara global dan domestik. Meskipun negatif, kinerja Jambi masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang saat itu terkontraksi lebih dalam. Sektor Informasi dan Komunikasi menjadi salah satu yang menopang karena peningkatan aktivitas Work from Home (WFH) dan Learning from Home. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB, meskipun pertumbuhannya melambat.

Maret 2021: Awal Pemulihan yang Kuat. Memasuki 2021, ekonomi Jambi menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Secara keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Jambi mencapai 3,66% (CtC). Pertumbuhan ini terjadi di hampir semua lapangan usaha. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mencatatkan pertumbuhan tertinggi (14,33%), didorong oleh upaya penanggulangan pandemi dan program vaksinasi COVID-19. Sektor Konstruksi dan Pengadaan Listrik dan Gas juga menunjukkan pertumbuhan positif. Pada Triwulan II-2021, Jambi bahkan berhasil keluar dari resesi dengan pertumbuhan 5,39% (YoY).

Maret 2022: Pemulihan Berlanjut. Data spesifik untuk Triwulan I 2022 tidak tersedia secara langsung. Namun, berdasarkan laporan kinerja ekonomi Jambi secara keseluruhan tahun 2022, perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp276,32 triliun. Tren pemulihan dari pandemi diasumsikan berlanjut pada periode ini, dengan aktivitas ekonomi yang semakin normal seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial. Konsumsi rumah tangga menjadi penyangga utama perekonomian, didukung oleh meningkatnya mobilitas masyarakat dan kebijakan perlindungan sosial.

Maret 2023: Pertumbuhan Stabil. Pada Triwulan I 2023, ekonomi Provinsi Jambi menunjukkan pertumbuhan yang stabil sebesar 5,00% (YoY). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kawasan Sumatera pada periode yang sama. Pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang terus positif. Dari sisi penawaran, sektor pertanian, pertambangan, dan perdagangan masih menjadi penopang utama pertumbuhan. Sektor Transportasi dan Pergudangan juga mengalami pertumbuhan tertinggi (14,15%), didorong oleh penghapusan PPKM yang meningkatkan aktivitas pengangkutan komoditas. Inflasi pada Maret 2023 tercatat -0,16% (MoM) dan 5,18% (YoY).

Maret 2024: Perlambatan yang Perlu Diwaspadai. Pada Triwulan I 2024, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi melambat menjadi 3,83% (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, yang berdampak pada permintaan komoditas unggulan Jambi. Selain itu, kinerja dua lapangan usaha utama, yaitu pertanian dan pertambangan, belum menunjukkan pemulihan yang signifikan. Namun, permintaan domestik tetap menjadi penopang PDRB. Inflasi Provinsi Jambi pada Maret 2024 mencapai 0,54% (MoM) dan 3,84% (YoY), dengan penyumbang utama dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Maret 2025: Proyeksi Pertumbuhan Positif dengan Tantangan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada Triwulan I 2025 diperkirakan mencapai 4,55% (YoY). Angka ini menunjukkan peningkata…
[08.04, 29/7/2025] Ayah: Jambi dan Pertumbuhan Ekonomi (2)
Musri Nauli

Lalu bagaimana trend pertumbuhan ekonomi Jambi 2026- 2030 ?. Dengan melihat angka-angka optimis 2020-2025 maka dapat dilihat bagaiman trend pertumbuhan ekonomi Jambi 2026- 2030. Trend pertumbuhan ekonomi juga melihat bagaimana faktor-faktor global mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jambi.

Tren Ekonomi Jambi 2026-2030: Melaju di Tengah Tantangan Global. Provinsi Jambi telah menunjukkan ketahanan ekonomi yang mengesankan dalam menghadapi guncangan global, termasuk pandemi COVID-19. Setelah melewati fase kontraksi di awal 2020 dan pemulihan yang kuat pada 2021-2023, serta perlambatan di awal 2024, Jambi diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan positif hingga 2025. Memandang lebih jauh ke periode 2026-2030, beberapa tren utama diperkirakan akan membentuk lanskap ekonomi Jambi.

Sektor Pertanian dan Komoditas: Tetap Jadi Tulang Punggung, Namun Perlu Diversifikasi. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan akan tetap menjadi pilar utama perekonomian Jambi. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kemungkinan besar akan tetap yang terbesar, didukung oleh komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan karet. Namun, fluktuasi harga komoditas global dan tekanan isu lingkungan (misalnya, keberlanjutan sawit) akan menjadi tantangan signifikan.

Tren yang diharapkan berupa harga komoditas: Jambi akan terus rentan terhadap naik-turunnya harga komoditas global. Ini bisa berarti periode pertumbuhan tinggi saat harga bagus, tapi juga perlambatan saat harga jatuh.

Kemudian peningkatan nilai tambah: Ada dorongan kuat untuk hilirisasi produk pertanian dan perkebunan. Investasi dalam pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi turunan yang lebih bernilai, atau pengolahan karet menjadi produk jadi, akan menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Dan Pertanian berkelanjutan. Tekanan global dan nasional untuk praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan akan meningkat. Jambi perlu beradaptasi dengan sertifikasi berkelanjutan dan praktik-praktik pertanian yang lebih efisien untuk menjaga daya saing dan akses pasar.

Selain itu Infrastruktur dan Konektivitas: Mendorong Pertumbuhan Sektor Lain. Pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, baik jalan, pelabuhan, maupun fasilitas logistik, akan memainkan peran krusial dalam periode 2026-2030. Peningkatan konektivitas akan mempermudah distribusi barang dan jasa, menurunkan biaya logistik, dan menarik investasi.

Sehingga Tren yang diharapkan Peningkatan arus investasi: Infrastruktur yang lebih baik akan menarik investasi di sektor industri pengolahan, logistik, dan pariwisata.Efisiensi logistik: Akses yang lebih baik ke pelabuhan dan jaringan jalan akan meningkatkan efisiensi pengiriman komoditas ekspor dan penerimaan barang impor, yang berdampak positif pada daya saing bisnis lokal.Dan pengembangan kawasan industri: Potensi pengembangan kawasan industri baru di sekitar infrastruktur utama bisa menjadi daya tarik bagi investor manufaktur.

Selain itu Sektor Jasa dan Pariwisata: Potensi Peningkatan Signifikan. Sektor jasa khususnya jasa kesehatan, keuangan, informasi dan komunikasi, serta pariwisata, menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Pemulihan mobilitas pasca-pandemi dan tren digitalisasi akan menjadi katalisator bagi sektor-sektor ini.

Sehingga tren yang diharapkan Pariwisata berkelanjutan: Jambi memiliki potensi wisata alam dan budaya yang besar. Dengan promosi yang lebih gencar dan pengembangan infrastruktur pendukung, sektor pariwisata bisa menjadi sumber pendapatan baru yang substansial. Fokus pada ekowisata dan budaya lokal akan menarik pasar spesifik. Digitalisasi ekonomi: Pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi akan terus berlanjut, didorong oleh peningkatan adopsi teknologi digital di berbagai sektor, termasuk UMKM. Ini juga membuka peluang untuk ekonomi kreatif berbasis digital. Dan Peningkatan layanan keuangan: Stabilitas dan pertumbuhan positif sektor jasa keuangan, seperti yang terlihat pada proyeksi 2025, akan berlanjut, mendukung aktivitas investasi dan konsumsi masyarakat.

Dari data-data 2020-2025 dan trend 2026-2030 maka dapat dilihat Tantangan dan Peluang ke Depan

Tantangan berupa Perlambatan ekonomi global: Ketidakpastian ekonomi global, termasuk inflasi dan resesi di negara mitra dagang utama, bisa menekan permintaan ekspor komoditas Jambi. Perubahan iklim: Jambi rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan, yang bisa memengaruhi sektor pertanian. Peningkatan inflasi: Tekanan inflasi dari harga energi global atau kebijakan domestik (misalnya, penyesuaian tarif listrik) perlu terus diwaspadai agar tidak menggerus daya beli masyarakat. Dan Pemerataan pembangunan: Penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, sehingga manfaatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan mengurangi disparitas antarwilayah.

Sedangkan Peluang adalah Investasi hijau. Dorongan global untuk ekonomi hijau bisa menarik investasi ke Jambi dalam energi terbarukan atau praktik pertanian berkelanjutan. Tema ini memang menarik perhatian internasional dan nasional. Jambi sebagai Provinsi pilot project berupa bio carbon Fund mempunyai peluang untuk menarik dukungan internasional dan nasional. Trend positif ini sudah lama menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jambi.

Selain itu Peningkatan kapasitas SDM. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia akan menjadi krusial untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang dan meningkatkan produktivitas.

Dan tentu saja Pemanfaatan bonus demografi. Provinsi Jambi seperti sebagian besar Indonesia, masih akan berada dalam fase bonus demografi. Ini adalah peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi.

Dengan demikian maka secara keseluruhan periode 2026-2030 bagi Jambi akan menjadi masa konsolidasi dan pertumbuhan yang lebih matang.

Ketergantungan pada komoditas akan tetap ada, namun dorongan untuk diversifikasi, peningkatan nilai tambah, dan pengembangan sektor jasa akan menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan di tengah dinamika global.

Advokat. Tinggal di Jambi

Pos terkait