Puisi Sufi : Aku Bukan Sesiapa Karena Aku Bukanlah Milikku


Puisi Sufi Oleh : Monas Junior * 


Selamat dini hari ya, Allah. Terima kasih karena kau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Bahkan sebelum tulisan ini selesai kuketik, Engkau pasti sudah tahu apa yang ingin kucurhatkan kepada Mu.


Tetapi biarlah. Kubiarkan saja jari ini menari nari sendiri, semoga sesuai arahan Mu. Atau jika tak sesuai, maafkanlah aku karena Engkau Maha Pemaaf dan aku sumber segala kesalahan dan keburukan. Dan Engkau adalah sumber segala kebaikan dan kebenaran.


Kemarin aku curhat soal ikhlas ya, Allah. Sekarang hampir sama saja sih. Beda tipis. Soal siapa aku sebenarnya. Aku ialah mahluk yang tak punya apa apa dan bukan sesiapa, tetapi berani beraninya sombong. Padahal sombong itu kan pakaian-Mu, ya, Allah.


Seringkali aku merasa paling pintar, padahal paling bodoh. Paling tahu, padahal paling tak tahu menahu. Paling hebat, padahal paling biasa saja. Paling baik, padahal paling jahat. Paling dikenal, padahal paling tersembunyi. Paling beriman, padahal paling sesat. Paling senior, padahal paling junior.


Aku juga merasa paling berkuasa, padahal tak kuasa sama sekali. Paling jujur, padahal paling pembohong. Paling bersih, padahal paling kotor. Paling berpangkat, padahal tak punya jabatan sama sekali. Paling kaya, padahal paling miskin. Paling dermawan, padahal paling kikir. Paling rendah hati, padahal paling tinggi hati. Paling penyabar, padahal paling pemarah.


Aku hanya merasa… merasa… dan merasa… padahal perasaan itu sangat menyesatkan.


Bahkan, untuk mengakui bahwa aku rasa aku punya tubuhku pun, semestinya tak pantas kulakukan.


Aku merasa paling sehat, padahal paling penyakitan. Paling kuat, padahal paling lemah. Paling berilmu, padahal paling buta pengetahuan. Paling cekatan, padahal paling lesu. Paling rajin, padahal paling pemalas. Paling wangi, padahal paling busuk. Paling normal, padahal paling abnormal.


Aku adalah aku yang bertolak belakang dengan apa yang aku pikirkan. Aku adalah aku yang sebenarnya tak sesuai kenyataan. Aku adalah aku yang sebenarnya sangat sangat tidak pentas mengakui ke-aku-an ku.


Bahkan aku bukanlah sesiapa karena aku bukanlah milikku. Betapa malunya aku menyadari ini, ya, Allah…


Maka itu, segala sesuatu yang kurasa milikku, itu juga bukan milikku. Toh, aku saja bukan milikku… Semua itu milik-Mu ya Allah.


Aku hanya petugas keamanan yang dititipkan segala sesuatu hingga tugasku selesai. Begitu selesai, aku -yang kurasa adalah aku padahal bukanlah milikku- akan pulang dan menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah bukan milikku melainkan milik-Mu.


Betapa malu, sombong dan egoisnya aku, ya Allah…


Aku bukan pemilik, tapi aku mengakui sebagai pemilik. Lihat, betapa malunya aku… Betapa berdosanya aku -yang sebenarnya milik-Mu- ini kepada-Mu, ya, Allah.


Mungkin… mungkin aku hanya wayang dengan Engkau dalang-Nya. Semua tentu saja sudah pasti di bawah kendali-Mu. Semua di tangan-Mu. Skenario maupun lakonnya, semua sudah Engkau tentukan dari awal hingga akhir. Bahkan endingnya pun, tentu hanya Kau saja yang tahu.


Siapa aku ini ya, Allah, selain apa yang sudah Engkau tetapkan. Siapa aku ini ya, Allah, selain wayang yang hanya bisa ikut arah gerak-Mu. Siapa aku ini, ya, Allah, selain apa yang Kau inginkan.


Karena itu, maaf aku baru sadar, bahwa aku bukanlah sesiapa karena aku bukanlah milikku. Aku milik-Mu dari awal hingga akhir…


Semua itu Kau buktikan ketika pada akhirnya aku Kau istirahatkan, Kau lepas tugas sebagai penjaga keamanan, lalu Kau tidurkan aku ratusan, ribuan, atau bahkan mungkin jutaan tahun di dalam tanah itu -sampai nanti mungkin saja Kau bangkitkan lagi-. Toh pada akhirnya aku harus sadar bahwa dunia ini memang main-main saja -saking begitu singkatnya hidup ini-.


Maka maafkanlah ciptaan-Mu yang satu ini ya, Allah. Ampuni sosok yang bukan sesiapa ini…


Laa ilaha illallah!


(***/catatan sufi ini sebagian disarikan dari fatwa YML Ayah Guru)


* Monas Junior, bukanlah sesiapa. Tayang juga di Jambiseru.com